Senin, 08 November 2010

Gubernur Minta Maaf

Padang, Singgalang
Gubernur Sumbar Prof. Irwan Prayitno menyatakan, sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kelupaan dan kekilafan, mohon maaf kepada seluruh lapisan masyarakat karena kunjungan kerja ke Jerman. Kepergiannya itu, telah menimbulkan pro kontra dalam masyarakat.
Kutipan permintaan maaf itu disampaikan Humas Pemprov Surya Budhi, di Padang, tadi malam.
“Kunjungan kerja ke Jerman tersebut dalam rangka memenuhi undangan Dubes RI di Berlin pada 31 Agustus 2010, segala urusan di Sumbar dengan kepercayaan penuh diserahkan kepada Wagub Muslim Kasim yang sangat berpengalaman, “ kata Irwan sebagai dikutip Surya Budhi.
Menurut dia, tidak ada niat sedikitpun melukai hati masyarakat yang tertimpa musibah di Mentawai. “Karena itu saya bersama Wapres dan unsur Muspida serta SKPD lainnya merupakan rombongan pertama yang terjun langsung melakukan identifikasi dan koordinasi untuk melakukan penangan korban gempa dan tsunami Mentawai,” katanya.
“Bukti perhatian penuh saya berikan untuk Mentawai, malam itu saya sengaja menginap di Mentawai di saat orang lain belum berani mengunjungi Mentawai dalam kondisi yang rawan dan mencekam.”
Ia melakukan kunjungan karena ingin menghargai undangan yang menunjuknya menjadi salah satu pembicara pada Promosi Terpadu Tourism, Trade an Investment (TTI). Sekaligus tentu untuk melakukan percepatan pembangunan Sumbar. Tak hanya itu, tapi juga membuka peluang lebih besar untuk memajukan ekonomi Sumbar.
Irwan Prayitno menyampaikan hal itu sebelum bertolak ke Jakarta via Dubai pulang ke Tanah Air melalui Kabiro Humas dan Protokol Surya Budhi,SH., Minggu sore ( 7/11). Seharusnya ia sudah tiba Sabtu, tapi penerbangan internasional distop ke Indonesia karena letusan Gunung Merapi.
Lebih jauh Irwan menyampaikan, sebelum melakukan kunjungan kerja ke Jerman, sekali lagi, dalam cuaca yang kurang baik, Irwan kembali berkunjung ke Mentawai untuk melihat kondisi penanganan pasca gempa dan tsunami serta berkoordinasi dengan tim yang khusus dibentuk untuk menganani musibah Mentawai. Selama perjalanan sekitar 1 minggu ke Jerman, Wakil Gubernur Muslim Kasim yang telah berpengalaman dalam menanggulangi masalah ini, memimpin pelaksanaan tugas.
“Secara administratif, kami secara resmi telah menyampaikan surat permohonan kepada Presiden melalui Mendagri pada 8 Oktober 2010. Hal itu disampaikan jauh hari sebelum terjadinya bencana tsunami Mentawai pada Senin malam tanggal 25 Okterber lalu, karena acara tersebut memang telah terjadwal sebelumnya.
“Sepeninggal kami, Pak Wagub Muslim Kasim dan jajaran SKPD pemprov Sumbar dan Pemkab Mentawai terus berbuat semaksimal mungkin dan sepengetahuan kami tidak ada korban tsunami Mentawai yang kelaparan, tapi memang ada masyarakat kita yang belum terbiasa makan mi dan roti maka kita telah menyediakan dapur umum.”

Polemik
Polemik Gubernur Irwan Prayitno ke Jerman, bergulir ke ranah politik. Anggota DPR (PKS) asal Sumbar H. Refrizal menilai komentar Mendagri Gamawan Fauzi melampaui porsi. Mendagri merasa, apa yang ia katakan sangat wajar.
Namun keduanya, sepakat untuk mengambil hikmah dari kasus Irwan ke Jerman. Malah mengajak tokoh-tokoh Sumbar membangun kekompakkan, demi negeri tercinta.
“Saya bicara justru pada tataran yang wajar, malah saya berusaha mengelak, agar isunya tak kian panas,” kata Gamawan yang mantan gubernur Sumbar itu, kemarin.
“Seharusnya Pak Gamawan tak bicara seperti itu, seolah-olah mencari kesalahan Irwan,” kata Refrizal, di tempat terpisah.
Kisahnya bermula ketika Irwan berangkat ke Jerman sepekan setelah musibah tsunami di Mentawai. Sebelum berangkat, Irwan sudah tidur dua malam di Mentawai dan dua kali datang ke sana. “Yang meninggal kita kuburkan, yang mengungsi diberi bantuan dan kemudian korban kita buatkan rumah,” kata Irwan sebelum berangkat.
“Dari segi etika, kunjungan yang dilakukan Gubernur Sumatra Barat memang kurang tepat, seharusnya saat musibah terjadi pejabat pemerintah harus berada di tempat sebagai pihak yang bertanggung jawab,” ucap mantan Wapres Jusuf Kalla, usai melakukan peletakan batu pertama pembangunan gedung G Rumah Sakit PMI Bogor, akhir pekan lalu.
Sementara itu, Refrizal berkirim SMS kepada Gamawan. “Sudah, sudah saya terima SMSnya, beliau salah pengertian,” kata Gamawan Fauzi.
“Ya sudah, saya sudah bicara setengah jam dengan Pak Gamawan, kami sepakat Sumbar harus dibangun ke depan,” kata Refrizal.
SMS Refrizal itu memancing Bupati Tanah Datar Shadiq Pasadigoe mengeluarkan imbauannya lewat SMS agar nama baik Sumbar dijaga demi kepentingan rakyat banyak.
Lalu pengamat politik Saldi Isra juga mengirim SMS kepada Refrizal. Tak lama kemudian, SMS anggota DPR-RI Djufri dalam nada guyon.
Menurut Djufri kepada Singgalang, sebaiknya upaya memanas-manasi dihentikan saja, karena tak ada gunanya.

Ke depan
Refrizal kepada Singgalang, menyatakan, ia cenderung ke depan dibangun kekompakkan guna membangun Sumbar, bukan membuat friksi dan polemik. Pada awalnya, ia memang geram mendengar pernyataan Gamawan yang menyatakan, “nanti saya carikan aturan soal sanksinya sepekan ini.
“Menurut Gamawan, itu dimaksudkan untuk mengulur waktu agar suasana mendingin, bukannya hendak mencari-cari kesalahan. Justru saya tahu semua aturan main, tapi saya tak ingin berpolemik terus di media, maka saya mengelak,” kata Gamawan.
Tapi, menurut Refrizal, seharusnya pernyataan itu tidak ada. Menurut dia, soal sanksi harus dilapor kepada presiden, bukan pada pers. Ini, katanya semakin membuat suasana tidak tenang. Bagi kader-kader PKS justru jadi pertanyaan.
Banyak yang setuju dengan “pembantaian” terhadap Irwan. Namun banyak pula yang tak sependapat. Sayang, televisi swasta itu tidak mewawancarai Irwan Prayitno. Sebagai gantinya diwawancarai Wagub Muslim Kasim. (003/107)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar